KALTARAUPDATE.COM – DPRD Kota Tarakan memberikan rekomendasi agar Pemkot Tarakan bisa menerapkan pengelolaan pihak ketiga untuk fasum di Tarakan dalam rangka memaksimalkan PAD.
Salah satu yang didorong adalah fasum Pantai Amal dan juga TPA. Menanggapi hal itu. Wali Kota Tarakan, dr. Khairul menjelaskan bahwa itu bisa saja menjadi opsi. Namun sebelumnya, tentu harus mempelajari ketentuan atau regulasi.
Kemudian, jika opsi itu didorong tentunya haruslah menguntungkan pemerintah daerah. Dibandingkan jika dikelola internal pemerintah dan juga jika dikelola pihak ketiga yang lain.
“Tujuan kita kan agar pendapatannya lebih maksimal. Jangan sampai aset yang begitu bagus dibiayai mahal, akhirnya optimalisasi pendapatannya tidak optimal. Padahal tujuan kita membangun dulu supaya ada ikon Tarakan dan kedua, ada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD),” harapnya.
Lebih lanjut dr.Khairul menjelaskan dulu konsepnya adalah tujuannya PAD. Termasuk misalnya jika nanti di kantor pemerintahan pindah yang ada di Gedung Gadis maka eks gedung akan disewakan untuk kegiatan bisnis.
“Jangan sampai aset tidak dimanfaatkan dengan baik. Kemudian untuk yang masih belum selesai pembangunannya di Kawasan Ratu Intan, ini juga bagian masuk program lima tahun untuk kita tuntaskan,” jelasnya.
Ia melanjutkan lagi, saat ini sudah ada kolam rennag mini, jembatan kaca, gazebo dan dinilai belum optimal dan itu akan dioptimalkan sembari membangun segmen terakhir.
Jika opsi pihak ketiga pengelolaan jadi dilaksanakan atau diterapkan, ia mengharapkan gambaran keuntungan diterima bisa lebih besar. Namun jangan sampai sudah dipihakketigakan dan pihak ketiga tiba-tiba kolaps di tengah jalan.
“Makanya sebenarnya paling ideal nanti ditender, sayembara gitu. Siapa yang bisa memberikan keuntungan terbaik kalau tender. Banyaklah kita harus lakukan, terobosan-terobosan ini. Mungkin kalau dikelola dinas, terbatas pergerakan mereka,” ujarnya.
Dari sisi retribusi masuk, lanjut dr. Khairul, sebelumnya harga Rp30 ribu dan sudah diturunkan menjadi Rp10 ribu. Menurutnya angka ini cukup jauh harganya. “Di dalam kawasan itu sudah ada toilet ga bayar, ada kolam, fasilitas banyak bisa dilihat,” jelasnya.
Kemudian variasi kuliner, ia berharap ada inovasi dari pengelola. Ada branding kuliner misalnya dan bisa jadi satu keunggulan.
“Ini akan dikaji juga. PAD ada tapi masih di luar target diharapkan. Awal tu bisa dapat berapa juta bisa sampai Rp50 juta retribusinya. Sekarang sudah tidak,” paparnya.
Hal lain bisa dilaksanakan sebenarnya diharapkan ada even yang bisa dilaksanakan setiap hari. Even bisa mengundang artis. Dan itu juga tujuan ada dibuat plaza budaya di dalam kawasan sehingga bisa menjadi panggung hiburan.
“Plaza budaya bisa semua tampil di situ tarian, musik dan bisa meramaikan kegiatan. Kalau bisa kantor-kantor bikin acara di sana. Ada pendoponya juga. Representatif. Supaya bisa menghidupkan. Kita coba nanti, genjot lagi,” tukasnya.
Discussion about this post