KALTARAUPDATE.COM – Steve Singgih, terpilih ketiga kalinya menakhodai Perpani Kaltara. Terpilih kembali, Steve Singgih beber tantangan di tengah kondisi keterbatasan anggaran.
Sebelumnya, Perpani Kaltara pada pekan kemarin melaksanakan musprov. Dan hasilnya, Steve Singgih, yang baru saja terpilih. Kegiatan Musprov Perpani Kaltara berlangsung di Royal Tarakan Hotel.
” Ini luar biasa dan juga memang jadi hal yang berat buat saya sebetulnya karena ini anggaran terbatas juga di Koni, banyak anggaran kami belum selesai,” kata Steve Singgih.
Mau tak mau suka tidak suka lanjutnya, pihaknya harus tetap ikhtiar memajukan olahraga perpanahan di Kaltara.
Lebih lanjut ia memaparkan, keterbatasan anggaran tentu berdampak pada tak maksimalnya kegiatan dilaksanakan.
Apalagi untuk para atlet. Membutuhkan perhatian anggaran agar konsisten.
“Alatnya mahal betul. Jadi kita harus cari anggaran sebetulnya. Mudahan KONI ke depan bisa perhatikan, tapi dengan turunnya APBD ini, pemerintah juga diharap inisiatif agar panahan di Kaltara bisa maju,” harapnya.
Menurutnya saat disinggung bapak angkat atau bapak asuh, bisa diterapkan namun bergantung pemerintah lanjutnya.
“Termasuk CSR perusahaan tambang, batu bara, sawit, menurutnya bisa.Hanya saja belum digerakkan pemerintah. Dulu pernah di zaman Gubernur sebelumnya akan mengundang pengusaha untuk jadi bapak angkat belum dilaksanakan. Mungkin sekarang dari Bapak Zainal Gubernur Kaltara bisa mengundang perusahaan bisa jadi bapak angkat, jadi tidak perlu Koni terus,” harapnya.
Jika saja model bapak asuh atau bapak angkat diterapkan, bisa mendulang mendukung prestasi atlet potensi.
Tak hanya panahan lanjutnya tapi di cabor lainnya.
” Misalnya dari cabor perpanahan, dari Pertamina bisa bekerja sama membelikan anak panah setiap tahun untuk para atlet. Ini tentu menjadi angina segar bagi atlet panah karena harga anak panah cukup mahal,” urainya.
Namun demikian, berbicara CSR lanjut Steve dalam UU lanjutnya yang ia ketahui tidak bisa untuk kegiatan olahraga. Namun menurutnya semua bisa diubah.
“Saya pernah sampaikan dulu di anggota DPR agar aturan CSR diubah jadi tidak hanya sosial masyarakat tapi untuk dunia olahraga untuk atlet supaya CSR perusahaan di Kaltara bisa nyumbang. Misalnya nyumbang bola, nyumbang anak panah, ini yang harus diubah, kita butuh pemimpin yang punya integritas mau besarkan dunia olahraga,” lanjutnya.
Ia menambahkan lagi, selama ini pihak
atlet menggunakan dana pribadi untuk berlatih. “Saya juga mengapresiasi orangtua atlet selalu berkorban tenaga waktu dan biaya untuk anak-anak mereka karena memang ia kembali menegaskan, alat pendukung atau penunjang kegiatan perpanahan cukup mahal.Saya ucapakan terima kasih kepada para orangtua atlet karena rata-rata mereka yang belikan alat panah kalau rusak. Kalau kita mengandalkan susah, karena kita hanya bantu mendaftarkan kalau ada pertandingan, berangkatkan juga,” ujarnya.
Ia melanjutkan di Perpani sendiri anggaran baru ada ketika diusulkan apalagi anggaran simultan. Dan ketika ada even misalnya even nasional Porprov, baru bisa usul anggaran dan ini butuh waktu.
“Untuk anak-anak kan tidak menunggu karena tiap hari harus latihan anak panah,” terangnya.
Berbicara alat digunakan para atlet, harga busur cukup sekali beli dipakai berkali-kali dan masih awet. Namun beda dengan anak panah, karena pasti ada yang rusak.
Untuk anak panah untuk rate harga nasional Rp 1,5 juta isi satu lusin atau 12 anak panah. Kemudian untuk jenis compound bisa sampai Rp8 jutaan selusin hanya isi 12 anak panah. Kalau sehari latihan rutin lanjutnya, bisa sehari habidkan 300 anak panah.
” Kan pasti ada yang rusak. Kalau rusak dua susah beli eceran harus sepaket selusin, jadi butuh perhatian dari pemerintah,” paparnya.
Ia mengakui cukup banyak atlet potensial di Tarakab. even terbaru kemarin di akhir bulan November, kegiatan Open Tournament, banyak atlet baru berpotensi.
“Tinggal orangtua lagi konsisten mengembangkan. Kalau orangtuanya lemah, maka anak itu bisa kurang latihan,” tukasnya. (SL)


















Discussion about this post