KALTARAUPDATE.COM – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kaltara memaparkan tantangan nasional dan kebijakan rapat dewan Gubernur BI dalam rangka mempertahankan stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam Benuanta Economic Forum berlangsung di Hotel Tarakan Plaza kemarin, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kaltara, Hasiando G. Manik memaparkan tantangan nasional saat ini adalah bagaimana bisa menjaga pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain bagaimana bisa tetap stabilitas harga inflasi yang sebenarnya sudah terkendali.
Berbagai upaya saat ini dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah bagaimana caranya agar pertumbuhan ekonomi di 2025 bisa meningkat. Apalagi diketahui bersama target di tahun 2028 oleh Bapak Presiden Prabowo 8 persen.
“Jadi itu menjadi tantangan tersendiri bagi kita semua. Kebijakan dari Bank Indonesia ini merupakan sharing dari kami, berkaitan dengan tujuan pelaksanaan seminar kita yaitu dimana Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan BI-Rate (BIR) tetap 4,75 persen,” ujar Hasiando G. Manik.
Kebijakan BI saat ini yakni menjaga stabilitas baik nilai tukar, harga dan sistem keuangan dan kedua kebijaka berupaya upaya mendukung pertumbuhan ekonomi.
” Bagaimana dengan kondisi perekonomian di Kalimantan Utara, sebetulnya dia triwukan 3 sebetulnya meningkat dari 4,54 persen ke 4,61 persen. Berada di urutan 25 dari 39 provinsi yang terpantau di sini,” jelasnya.
Tantangan saat ini lanjutnya, sebetulnya adalah bagaimana agar perekonomian Kalimantan Utara bisa lebih tinggi dibandingkan perekonomian nasional.
Tentu lanjutnya, sebagai provinsi yang relatif baru semua berkinginan agar menjadi salah satu kontributor perekonomian nasional. Dalam hal ini bisa berkontribusi atau menjadi lokomotif perekonomian nasional.
“Artinya kita berharap ekonomi kita lebih tinggi. Sehingga itu menjadi bagian dari nasional untuk mengangkat perekonomian,” ujarnya.
Ia menjabarkan lagi bahwa target Presiden Prabowo untuk Indonesia secara nasional sebesar 8 persen. Itu lanjutnya, menjadi tantangan tersendiri bagi semua.
Saat ini kebijakan dari Bank Indonesia melalui Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan BIR tetap 4,75 persen. Dalam hal ini, bauran kebijakan moneter terdiri dari Pro Stability dan Pro Growth. Ia menjelaskan lagi, mencermati ruang penurunan suku bunga BI-Rate lebih lanjut dengan prakiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5+1 persen, serta perlunya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Ada kebijakan makroprudensial yakni pro growth. Ini untuk meningkatkan efektivitas implementasi pemberian likuiditas kepada perbankan dalam mempercepat penurunan suku bunga dan kenaikan pertumbuhan kredit/pembiayaan ke sektor ril khususnya sektor-sektor prioritas Pemerintah.
Lalu kebijakan sistem pembayaran pro growth diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perluasan akseptasi pembayaran digital, penguatan struktur industri sistem pembayaran, dan peningkatan daya tahan infrastruktur sistem pembayaran.
“Jadi kebijakan BI kalau ikuti saat ini ada dua yaitu pro stability Jadi kita mendat menjaga stabilitas Baik itu stabilitas nilai tukar, stabilitas harga, stabilitas sistem keuangan. Yang kedua adalah upaya mendukung pertumbuhan ekonomi jadi kebijakan yang kita ambil baik itu kebijakan maupun sistem pembayaran diarahkan pada pro growth dan pro stability,” tukasnya. (SL)


















Discussion about this post