KALTARAUPADATE.COM, TARAKAN – Tahun ini, Capacity Building Wartawan 2025 kembalin digelar dan berlangsung sukses.
Tahun ini momentumnya mengusung tema Sinergi Media Kredibel untuk Mewujudkan Sistem Informasi yang Akurat dan Amanah, KPwBI Kaltara melaksanakan Capacity Building Wartawan Tahun 2025.
Kali ini kegiatan berlangsung di Bandung dan dilaksanakan selama tiga hari dimulai Senin (28/7/2025).
Dalam Capacity Building, KPwBI Kaltara turut mengupas berbagai pertanyaan awak media mulai dari persoalan keaslian rupiah hingga kasus penipuan libatkan perbankan.
Kepala KPwBI Kaltara, Hasiando Ginsar Manik menyampaikan bahwa kegiatan ini diharapkan bisa mewujudkan kolaborasi
antara BI dengan media dalam rangka menciptakan ekosistem informasi yang terpercaya, terutama dalam merespons isu-isu krusial.
“Tujuan kita berkumpul di sini bersifat dua arah. Kami dari Bank Indonesia membutuhkan teman-teman media dalam mengomunikasikan berbagai kebijakan, terutama kebijakan yang mungkin bagi sebagian masyarakat awam tidak mudah dicerna, apalagi jika mengandung data grafis atau istilah yang terlalu teknis,” ungkap Hasiando Ginsar Manik.
Ia mengungkapkan lagi di tengah derasnya arus informasi dan perkembangan teknologi digital, kebutuhan akan informasi yang akurat, kredibel, dan amanah menjadi sangat esensial. Sehingga ekosistem informasi yang tidak akurat berpotensi menimbulkan instabilitas sosial dan ekonomi.
” Oleh karena itu, tema yang diangkat dalam pelatihan ini dianggap sangat relevan dan strategis,” beber Hasiando.
Ia juga menekankan BI tidak hanya berperan dalam menjaga stabilitas moneter dan keuangan, tetapi juga bertanggung jawab membangun kepercayaan publik melalui komunikasi yang transparan dan edukatif.
” Salah satu wujudnya adalah melalui strategi komunikasi 360 derajat, termasuk pelatihan wartawan ini,” bebernya.
Di kesempatan itu juga ia menjawab pertanyaan awak media terkait peredaran uang diduga palsu, di BI sendiri setiap ada dugaan keaslian tentu bisa diproses laporan dari bank dan masyarajat dan dikirim ke Departemen Pengelolaan Peredaran Uang. Mereka yang akan mengonfirmasi keaslian uang.
Cek fisik lanjutnya membutuhkan waktu. Dan jawabannya ada dirilis. Dalam hal ini media bisa mengonfirmasi. “Yang menyatakan asli atau tidak bisa dari pihak berwajib dan juga BI memerlukan waktu,” bebernya
Kemudian pada kasus salah satu perbankan belum lama ini terjadi di Tarakan dimana kejadian uang nasabah raib. Ia mengungkapkan regulator ada dua pertama di OJK dan kedua di BI. Pengawasan kepatuhan di OJK tapi BI juga regulator di sistem pembayaran dan pengedaran uang.
“Untuk pengawasan juga ada tapi dari kantor pusat kemudian diturunkan ke perbankan bila diperlukan. Konteks di daerah ada Forum Badan Musyawarah Perbankan Daerah. Kasus kemarin sepemahaman kami ada kelalaian dari nasabah bersangkutan,” ujarnya.
Dalam banyak kasus modus kejahatan terjadi karena ada juga kebetulan. Kasus hilangnya uang nasabah kemarin karena memang modusnya mencatut perpajakan.
“Nah kebetulan atas nama pajak dan pas juga dia (nasabah) mungkin tidak bayar pajak seutuhnya bisa jadi. Ada juga kasus lain teriming pembelian hadiah dari satu instansi pas juga sedang cari mobil. Jadi tergiur,” ujarnya.
Langkah dilakukan KPwBI Kaltara adalah selalu menyosialisasikan modus kejahatan perbankan digital. Pihaknya inisiatif bahwa sesuatu yang buruk harus diceritakan ke masyarakat agar tidak banyak tertipu.
“Kami kombinasikan dengan penggunaan QRIS dan aspel perlindungan konsumen kita padukan dengan sosialisasi modus kejahatan perbankan digital. Kita bercerita kalau ada akui aparat hukum atau pajak kami sampaikan jangan dilakukan. Ini untuk bangun awarness masyarakat,” tukasnya.
Dalam sesi pertama ini sendiri menghadirkan pemateri juga dari Kepala Tim Relasi Media dan Opinion Maker, Departemen Komunikasi BI, Rio Wardhanu dsn juga Redaktur Katadata, Aria Wiratma Yudhistira. (SL)
Discussion about this post